Minggu, 19 Juni 2016

Sandi Uno Ingatkan Warga Pertahankan Budaya Cinta Lingkungan


 DKI Jakarta merupakan salah satu pusat pemerintahan di mana warganya tidak hanya berasal dari Suku Betawi saja, namun juga berasal dari seluruh penjuru wilayah dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote.

Dengan heterogenitas dan kompleksnya kehidupan di Jakarta, membuat banyaknya persoalan karena kedatangan warga pendatang yang kurang memiliki rasa memiliki terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Hal inilah yang menjadi perhatian dari Bakal Calon Gubernur dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta pada 2017 mendatang, Sandiaga Salahuddin Uno yang mengunjungi perkampungan Warga Betawi‎ di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, Kota Jakarta Barat pada Minggu (19/6).
Sandiaga Uno meminta warga Betawi asli yang masih dominan tinggal di Kampung Meruya untuk bisa menjadi contoh bagi warga pendatang untuk mencintai lingkungan dengan menjaga ibukota Jakarta yang bersih dan mengutamakan tali silahturahmi dan rasa saling peduli.
"Warga Betawi saat ini memang sudah jarang ditemukan berkumpul dalam satu wilayah di kota Jakarta dan kebanyakan tinggal di daerah pinggiran kota, tapi yang saya lihat di Meruya Selatan ini masih banyak kita temui warga Betawi asli," ujar Sandi Uno, Minggu (19/6) sore saat berbuka puasa bersama warga di lokasi tersebut.
Ia mengakui bahwa saat ini Jakarta sudah tidak terlalu didera persoalan banjir karena Pemprov DKI Jakarta sudah mengerjakan berbagai proyek normalisasi maupun peninggian sheet pile di 13 sungai besar yang bermuara di pesisir Jakarta.
"Tapi kalau kita perhatikan lebih jauh, masyarakat pendatang yang bukan asli Betawi terkadang banyak yang tidak terlalu memperhatikan lingkungannya, terutama membuang sampah di aliran sungai dan saluran air," tambah Uno.
Melihat kondisi ini, Sandi yang istrinya juga orang Betawi mengaku sangat kagum dengan budaya Betawi yang masih memegang teguh prinsip kepedulian terhadap lingkungan dan sangat menjunjung tinggi nilai silahturahmi.
"Semoga di Hari Jadi DKI Jakarta yang ke-489 pada Rabu (22/6) nanti, warga Betawi tetap menjadi panutan bagi warga lainnya untuk menjaga kebersihan dan kepedulian satu dengan yang lain ditengah pengaruh modernisme dan inidividualisme di kota besar seperti Jakarta," lanjutnya.
Sementara itu, Ketua RT05, Misan (48), mengaku memang di wilayah Meruya Selatan masih setengah dari warganya merupakan warga asli Betawi, sehingga rasa persaudaraannya sangat terjalin erat.
"Kita setiap minggu selalu ada pertemuan di balai warga untuk membicaran persoalan di antara warga, jadi bila ada permasalahan bisa langsung dibicarakan dengan sikap persaudaraan dan musyawarah mufakat," kata Misan.
Ia juga mengaku juga selalu menjalin hubungan baik dengan semua warga tanpa membeda-bedakan apakah ia orang Betawi ataupun dari manapun.
"Kita yang orang Betawi ya malah bangga kalau Jakarta bisa menjadi semaju dan semegah seperti sekarang ini, tapi ya kalau bisa semua masyarakat tidak hanya sekedar mencari uang atau bekerja di Jakarta saja, tapi juga menjaga lingkungan demi Jakarta yang lebih baik lagi," tambahnya.
Sedangkan Yaroh (52), warga RT06/RTW07 Kelurahan Meruya Selatan, mengakui bahwa pengajian di kampungnya hampir dilakukan rutin dalam seminggu bisa empat kali.
"Makanya ibu-ibu di sini kompak untuk kegiatan yang positif, selain itu kita juga saling bertukar informasi bagaimana untuk memberikan pendidikan keagamaan yang baik pada anak-anaknya," kata Yaroh singkat.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar